20/05/08

Naga: Mitos atau Realita?


Rasanya sudah lama banget saya ngga' mengangkat topik dari dunia Cryptozoology .
Maka dari itu , pada kesempatan kali saya ingin kembali membahas salah satu
makhluk-makhluk misterius yang sering dikaji dalam disiplin ilmu tersebut.
Oh iya , bagi teman-teman yang belum mengetahui apa sih itu cryptozoology ,
berikut difinisinya :
Cryptozoology adalah cabang ilmu biologi yang melakukan kajian , penyelidikan
maupun pencarian terhadap makhluk-makhluk yang tidak jelas kewujudannya/eksistensinya
atau dipercayai hanya sebagai mitos/legenda semata.Makhluk tersebut juga
dikenali sebagai " cryptids ".
Contoh-contoh mahluk-nya lumayan banyak yang sudah pernah saya bahas , seperti :
Bigfoot
Monster Loch Ness/Nessie
Monster Danau Okanagan (biasa disebut "Ogopogo")
Monster Yeti
Pegasus , Naga , Thunderbird , dll
Pencarian mahluk-mahluk Cryptids seperti ini masih terus dilakukan untuk
membuktikan eksis apa tidaknya mereka di Bumi ini.
Topik ini sebenarnya terinspirasi dari pertanyaan yang pernah ditanyakan oleh
adik saya beberapa waktu yang lalu.Ia bertanya kepada saya mengenai eksistensi
salah satu "mystical Creatures" yang disebut Naga/Dragon . Sebenarnya makhluk
ini benar-benar eksis di dunia ini atau hanya sebatas makhluk fantasi?
Tentunya ini pertanyaan yang cukup sulit untuk dijawab dan diperoleh jawaban
yang memuaskan . Saya yakin banyak orang yang mempercayai jika Naga itu hanyalah
sebatas fantasi , namun tidak sedikit pula lho orang yang mempercayai mereka ini
pernah eksis di Bumi (zaman Jurassic).
jika makhluk itu benar-benar eksis , maka kita pasti mengakui bahwa naga adalah
hewan terkuat yang pernah hidup di bumi ini.
Makhluk itu dikisahkan tidak saja memiliki sifat ganas, tetapi turut juga
memiliki kekuatan mistik yang tidak bisa ditemui pada hewan-hewan purba lainnya.
Naga yang sering dikisahkan dalam legenda mampu mengeluarkan semburan api panas
. Tidak hanya itu, makhluk yang satu ini juga dapat terbang layaknya
pterodactyls , bahkan ada jenis naga yang dikisahkan dapat menyelam dalam air ,
layaknya The Megalodon.
Ada legenda suatu bangsa yang menceritakan bahwa naga menyimpan mutiara di
mulutnya dan mutiara itu menghasilkan kekuatan mistik untuk memberikan berbagai
kelebihan kepada siapa saja yang berhasil memperolehnya.
Dalam film Hollywood ‘Reign Of Fire’ yang diproduksi pada tahun 2002 , mencoba
untuk menghidupkan fantasi-fantasi itu dan hasilnya, jelas manusia kalah ketika
berhadapan dengan ancaman naga. Begitu hebatnya kisah-kisah mengenai naga yang
sering digembar-gemborkan dalam film maupun buku fiksi .
Namun, hingga kini persoalan naga memang benar-benar eksis atau sekadar mitos/legenda
dari kebudayaan masyarakat tertentu masih meninggalkan sebuah tanda tanya besar.
Sesuatu yang menarik mengenai naga adalah ia bukan sekadar kepercayaan atau
mitos bagi masyarakat tertentu saja , sebaliknya cerita mengenai naga terdapat
dalam budaya dari berbagai bangsa di seluruh dunia.
Kisah-kisah legenda suatu bangsa tentunya memiliki perbedaan dengan bangsa
lainnya , ciri-ciri dan gambaran mengenai naga juga berlainan mengikut cerita
setempat.
Dikatakan terdapat lebih 30 jenis naga yang berbeda bentuk fisiknya dan fungsi
dalam berbagai legenda dan kebudayaan di seluruh negara.
Bangsa Cina cenderung mengatakan ia memiliki badan berbentuk ular, muka seakan-akan
mirip dengan kuda, tanduk seperti rusa, kuku-kuku yang runcing , bersisik dan
mampu terbang.
Masyarakat Barat , menggambarkan naga menyerupai Tyranosaurus tetapi memiliki
sayap untuk terbang. Kebanyakan naga digambarkan sebagai hewan reptilia dan
berkembang biak dengan cara bertelur.
Di Thailand , terdapat ukiran naga yang berbentuk seperti ular tetapi hewan itu
memiliki tujuh kepala , di Vietnam imajinasi naga menggabungkan image buaya,
ular, biawak dan burung.
Dalam legenda Yunani kuno, terdapat banyak kisah mengenai naga , terutama cerita
yang menggambarkan hewan itu sebagai penjaga harta karun.
Mengikut catatan pengembaraan Herodotus yang juga digelari sebagai ‘bapak
sejarah dunia’, ketika beliau melawati Judea sekitar 450 Sebelum Masehi (SM),
dia mendengar cerita dari penduduk setempat mengenai seekor naga yang dikurung
dalam sangkar raksasa.
Didorong perasaan ingin tahu, Herodotus mengembara ke kawasan itu dan menjumpai
banyak kerangka berbentuk ular. Sejarawan itu kemudian menulis bahwa kerangka-kerangka
tersebut merupakan sejenis makhluk purba yang terbang dari Tanah Arab ke Mesir ,
tetapi didalam perjalanannya hewan itu bertarung dengan predator lainnya dan
kemudian kalah terbunuh.
Mengikut catatan pengembaraan Marco Polo , ketika beliau bersama prajurit-prajuritnya
melintasi kawasan padang pasir di suatu tempat yang dikenali sebagai Anatolia
untuk menuju ke Persia, dikisahkan bahwa mereka diserang naga yang berterbangan.
Kini timbul suatu persoalan lain apabila menceritakan mengenai makhluk-makhluk
itu. Apakah naga adalah spesies hewan purba yang hidup sezaman dengan dinosaurus?
Dan mungkinkah naga turut punah bersama para dinosaurus 65 juta tahun silam?
Tanggapan bahwa naga adalah makhluk purba pada zaman dinosaurus muncul dari ahli
sejarah purba China, Chang Qu, yang mencatatkan mengenai penemuan rangka yang
diyakininya sebagai rangka naga di Wucheng di Wilayah Sichuan, China pada 300 SM.
Tapi ,bagaimanapun juga banyak pihak yang skeptic mengatakan kerangka-kerangka
itu bukanlah kerangka naga namun mungkin saja merupakan fosil kerangka salah
satu species dinosaurus.
Bangsa dan negara yang memiliki kisah naga :
Cina : disebut Long, berbentuk ular dengan empat kaki yang berkuku
Vietnam : disebut Rong
Jepang : disebut Ryu, memiliki tiga kuku tajam
Korea : disebut Yong ( naga langit) , Yo (naga laut) dan Kyo (naga gunung)
Siberian : disebut Yilbegan - India : dikenali Vyalee dan banyak diukir di kuil
di Selatan India.
Germanic dan Scandinavian : disebut Lindworm, berbentuk ular besar yang berkaki
dua.
Wales : disebutY Ddraig Goch, naga merah yang tertera pada bendera negeri itu.
Hungarian : disebut Zomok, berbentuk ular yang tinggal dalam paya dan sering
memangsa khinzir atau biri-biri. Sárkánykígyó, berbentuk ular berkepak. Sárkány,
naga berbentuk manusia yang memiliki banyak kepala.
Slavic : disebut Zmey, Zmiy dan Zmaj , menyerupai naga Eropa tetapi memiliki
banyak kepala , dapat menyemburkan api.
Romanian : disebut Balaur, memiliki sirip, berukuran besar dan berkepala banyak.
Chuvash : disebut Vere Celen , Amerika- Meso-amerika : disebut Amphitere , Inca
: disebut Amaru , Brazil: dikenali sebagai Boi-tata.
Oh iya , berikut ada sebuah artikel menarik tulisan Dedi Riskomar yang masih
berhubungan dengan topik Naga ini , selamat membaca...
Arkeolog Cina Memburu Naga Dari hasil penggalian itu, ditemukan 479 potong bukti-bukti
yang mengarah tentang keberadaan ular naga, dalam bentuk fosil rahang dan bagian
tubuh lainnya yang diduga merupakan bagian tubuh dari seekor ular besar.
Termasuk tiga potong patung naga yang terbuat dari batu giok halus, yang
ditemukan dari kuburan kuno. Konon temuan giok patung naga itu, hampir sama
dengan temuan hasil ekskavasi di Desa Sanxingtala pada tahun 1970. Desa ini
masuk dalam wilayah kota Cipeng di Monggolia Dalam.
Profesor So Bingqi, seorang arkeolog terkenal di Cina dan merupakan Ketua
Asosiasi Arkeolog Cina mengungkapkan, temuan terbaru itu masih harus diteliti
lebih jauh. Terutama dengan uji karbon, untuk mementukan umur binatang purba itu
dan merekonstruksi seluruh bentuk fisiknya.
Penggalian dilakukan lebih dalam lagi, untuk mencari bagian fosil lainnya yang
bisa membuktikan, apakah fosil itu merupakan binatang melata biasa atau memang
seekor naga yang diduga hidup lebih muda beberapa ribu tahun dari zaman binatang
purba Dinosaurus, T-Rex, Brontosaurus dan binatang-binatang purba lainnya.
Namun dari ukuran tubuh, yang bentuknya lebih kecil dibandingkan dengan sejenis
dinosaurus, diduga kuat temuan itu memang adalah sejenis ular pemangsa. Karena
terlihat dari taringnya yang sangat tajam yang mengarah ke dalam, seperti halnya
pada binatang pemangsa lainnya yang ditemukan lebih dahulu seperti keluarga T-Rex.
Namun dari fosil-fosil yang ditemukan, makhluk ini memiliki tubuh yang sangat
panjang kurang dari 30 meteran dengan fosil membentuk seperti formasi ular.
Penelitian di sekitar lembah Sungai Liachoe masih terus dilanjutkan para
arkeolog, untuk menentukan apakah temuan ini hanya satu-satunya bukti atau masih
ada yang lain. Ternyata dugaan dari para arkeolog itu tidak sia-sia, penggalian
di "Red Mountain Goddes", ternyata ditemukan bukti lainnya yang saling mendukung.
Temuan serupa di lokasi ini, menemukan beberapa bukti lain yang menguatkan
keberadaan naga itu.
Baik arkeolog Bingqi maupun Daahun, anggota Tim Kerja pencari bukti keberadaan
naga itu menyimpulkan, ular yang selama ini dimitoskan memang ada. Hanya apakah
bentuknya memang sempurna, seperti naga yang digambarkan dalam bentuk patung
seperti di biara atau hanya ular purba biasa? Semua itu masih dalam tanda tanya.
Para arkeolog masih mencari bukti-bukti lain, dan merekonstruksinya secara
sempurna.
Untuk sementara, mereka berhasil merekonstruksi temuan fosil itu adalah sejenis
binatang ular purba. Hal ini terlihat jelas, dari kerangka kepala yang mengarah
pada sebuah kerangka ular. Namun masih belum sempurna, karena beberapa bagian
lain yang diduga berupa tulang rawan bentuknya masih samar-samar. Tapi semua
arkeolog meyakini, fosil itu adalah fosil naga, nenek moyang ular-ular sekarang.
Mengenai keraguan bentuk naga sebenarnya, untuk sementara mereka bersepakat
gambaran patung-patung naga yang dibuat sejak ribuan tahun lalu, diduga kuat itu
mewakili bentuk ular naga sebenarnya meski bukti-bukti pendukungnya masih
dideteksi.
Mereka juga bersepakat, gambaran yang ditemukan dalam bentuk patung giok naga,
patung dari hancuran emas dan perungu, yang diperkirakan berumur 8.000 tahun
lebih, merupakan gambaran bentuk asli dari naga yang kini tinggal fosilnya.
Hanya saja, para arkeolog mempertanyakan, apakah kehadiran kehidupan naga itu
bersinggungan dengan kehidupan manusia pada jamannya atau tidak. Kini teka-teki
itu, masih harus dipecahkan oleh para arkeolog dengan menggunakan teknologi
canggih untuk menentukan umur fosil itu secara pasti. Yang pasti, fosil yang
tertimbun dalam kedalaman tanah itu diduga dahulunya adalah sebuah rawa-rawa
besar.
Sementara mengomentari tentang temuan giok naga, dan coran emas dan merunggu,
arkeolog mengatakan, penemuan itu termasuk penemuan yang paling berharga bagi
para arkeolog Cina. Karena membuktikan, suku-suku bangsa Cina kuno ribuan tahun
silam sudah biasa dalam membuat ukiran halus dengan peralatan yang sangat
sederhana.
Namun kualitas buatannya, tidak kalah dengan hasil torehan masyarakat Cina
sekarang.
Suku-suku yang hidup di sekitar lembah Sungai Liachoe, termasuk suku yang
menetap. Mereka hidup antara 5.000 - 8.000 tahun silam, dan membentuk koloni
kehidupan dengan budaya yang tinggi. Namun tidak diketahui pasti, mengapa pada
akhirnya suku-suku itu harus meninggalkan lembah Sungai Liachoe di jajaran
pegunungan yang disebut Red Mountain.(Dedi Riskomar/berbagai sumber)