17/04/08

Face on Mars

Dapat dari Arsip BETA UFO Indonesia,silakan dibaca2,lumayan buat nambah wawasan.....:)


Bagi sebagian besar kita, makhluk paling berakal budi di Bumi ini, rasanya
memang tak ada planet lain yang se-eksotis Mars.
Itu sebabnya planet yang kerap dijuluki Planer Merah ini paling kerap mencuatkan
spekulasi. Masalahnya sederhana saja, yakni kita ingin sekali tahu banyak tetapi
pengetahuan ke arah itu belumlah memadai.
Misalnya saja dengan spekulasi bahwa planet tetangga sebelah Bumi ini merupakan
markas para mahkluk cerdas (alien) yang kerap mengunjungi Bumi dengan kendaraan
UFO-nya.
Seluruh spekulasi itu paling tidak berawal dari sifatnya yang memang lain dari
yang dimiliki planet lainnya dalam susunan tatasurya kita.
Itu karena hanya Mars yang memiliki sifat dan lingkungan mendekati Bumi yang
dikenal bersahabat dengan kehidupan. Tekanan atmosfernya kurang dari
seperseratus yang dimiliki Bumi, namun tak ada planet lain yang melampauinya.
Begitu pula dengan komposisi karbondioksida, nitrogen, dan oksigen.
Hanya Mars yang paling bersahabat. Begitu pula dengan ketersediaan airnya. Walau
jika dikondensasikan total hanya terkumpul seperduaratus mililiter, hanya Mars
yang memilikinya. (Rudolf Kippenhahn dalam Bound to the Sun: The Story of
Planets, Moons, and Comets, 1990)
Semua unsur penopang kehidupan itu serta-merta mempertebal spekulasi tentang
adanya makhluk hidup di sana. Atau minimal, pernah ada kehidupan. Namun,
spekulasi ini tak pernah berdiri sendiri. Karena, segalanya selalu dikaitkan
dengan keberadaan makhluk dengan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dari
manusia mengingat tantangan yang harus dihadapinya.
Semua spekulasi itu adalah wajar adanya, terutama karena kalangan kosmolog kerap
mengatakan, bahwa adalah takabur jika manusia meyakini bahwa hanya dirinyalah
makhluk hidup berakal-budi di alam semesta ini.
Alhasil Mars akhirnya memang menjadi penopang satu-satunya dari segala
keingintahuan umat manusia akan dunia luarnya. Itu sebabnya sejumlah upaya
eksplorasi ruang angkasa selalu diarahkan terlebih dulu ke Mars sebelum
menyentuh tempat-tempat lain yang lebih jauh.
Maka tak heran juga jika berbagai wahana canggih kerap dikirim ke sana untuk
sekadar mengenal lebih dekat.
Uniknya, semakin manusia mengenal planet yang warna kemerahannya berasal dari
unsur besi ini, semakin banyak misteri yang mengungkungnya. Diantara temuan
wahana antariksa yang paling bikin penasaran adalah bukit berupa wajah manusia (Face
on Mars) yang terhampar di wilayah Cydonia. Monumen ini terbidik pertama kalinya
oleh Viking 2 ketika sedang menyisir planet ini pada tahun 1972.
Dari sudut pengambilannya, Face on Mars diperkirakan memiliki rentang 500 meter
x 700 meter.
Sejak itu para ilmuwan pun selalu diusik dengan berbagai pertanyaan yang tak
kunjung terjawab.
Diantara pertanyaan yang kerap muncul, adalah: apakah monumen ini suatu
kebetulan belaka atau memang sengaja dibuat oleh sebuah koloni cerdas? Kalau
memang sengaja dibuat, apa maksud dari semua ini?
Keingintahuan Badan Ruang Angkasa AS (NASA) dan komunitas peminat masalah-masalah
keruangangkasaan (termasuk UFO-logi) yang sudah begitu menjamur di sejumlah
negara maju sendiri, seakan tak terbendung. Bagai prinsip keseimbangan antara
ilmu dan kepedulian yang mereka miliki, mereka kerap mengaitkannya dengan
berbagai hal.
Apa yang diulas majalah UFO (edisi Januari 1990) yang berkantor Sunland,
California dan UFO Universe (vol.8/no.6/93) yang berkantor di New York, sudah
cukup memberikan gambaran.


Lalu, menyangkut monumen Face on Mars itu, sudah sampaikah mereka dalam
pencariannya? Sayangnya, mengingat tak pernah ada data yang lebih akurat,
misterinya tak pernah bisa terkuak.
NASA sendiri, sebagai badan ruang angkasa paling kompeten di dunia, hingga
sejauh ini belum pernah mengeluarkan pernyataan resminya yang panjang lebar.
Nampaknya, kegagalan Mars Observer 1992 telah membuatnya kian berhati-hati dalam
'berbicara'. Pasalnya, sejak itu, segera muncul spekulasi bahwa bungkamnya
wahana seharga milyaran dollar itu adalah sebagai sesuatu yang disengaja demi
kepentingan internal. Dalam hal ini NASA dikabarkan sengaja mengubah sinyal Mars
Observer agar tidak digunakan pihak-pihak lain untuk kepentingan sepihak.
Pada April 1998, NASA sendiri telah kembali berhasil mengirim wahana lainnya,
Mars Global Surveyor. Namun, mereka kembali tak pernah memberi informasi yang
lebih jelas. MGS hanya dikatakan berhasil mengirim informasi yang tak jauh lebih
baik dari yang dihasilkan wahan-wahana sebelumnya.
Apapun itu, ini artinya memang hanya sebatas hipotesa yang bisa menjelaskan
misteri Wajah Mars. Diantara hipotesa yang mengemuka, apa yang dikemukakan Alan
F. Alford dalam situs:www2.eridu.co.uk/eridu/Author/Mysteries_of_the_World/Mars/Mars.
html, nampaknya bisa menjadi pegangan yang cukup baik.
Menurut penulis terkenal ini, kecil kemungkinan bahwa artifak di Cydonia itu
adalah hasil kreasi makhluk cerdas yang mukim di sana.
Pasalnya, Mars disimak dari sifatnya tidaklah tergolong planet yang bersahabat
sebagai tempat tinggal makhluk hidup manapun. Planet ini hanya sekadar memiliki
sejumlah faktor pendukung kehidupan yang serba minim. Itu saja.
"Dengan demikian, saya hanya meyakini, Face on Mars adalah sebuah perbukitan
yang kebetulan saja bentuknya menyerupai manusia.
Masa lalunya yang penuh dinamika alam yang radikal, letupan gunung, hantaman
astroid, paling-tidak telah mengantarnya menuju pembentukan bukit dengan rupa
yang aneh-aneh," ujar Alford.
Kalau pun ingin dikait-kaitkan denga urun kreasi mahkluk cerdas; Face on Mars
paling tidak hanyalah dibentuk sebagai monumen untuk menarik perhatian makhluk
lain di alam semesta ini. Mereka sendiri tak pernah menjadikan Mars sebagai
tempat tinggal. Planet ini paling hanya sekadar tempat singgah, seperti Bulan
yang pernah disinggahi manusia. Toh, ketika itu sejumlah astronot juga pernah
meninggalkan beberapa barang yang diharapkan bisa melegitimasi kehadirannya.
Dijelaskan lagi, jika memang kenyataannya seperti itu, ada sebuah hipotesa
mengapa para makhluk cerdas itu sampai meninggalkan 'wajah manusia' di sana. Hal
ini nampaknya berkaitan dengan posisi dataran tinggi Cydonia yang sepertinya
paling strategis sebagai tempat pendaratan wahana para makhluk asing itu. Jika
dugaan bahwa Cydonia masa lalu adalah pesisir sebuah lautan benar adanya,
perkiraan tadi bukanlah sesuatu yang berlebihan.
Akan tetapi mengapa bentuknya seperti wajah manusia? Secara implisit Alford
mengatakan, bahwa nampaknya manusia perlu memahami bahwa wajah dengan komposisi
dahi, mata, hidung, dan mulut belum tentu hanyalah milik manusia saja. Siapa
tahu, bentuk semacam ini pun dimiliki makhluk lain di alam semesta ini.
"Namun sekali lagi saya tegaskan, semua itu tetaplah hanya sebuah hipotesa.
Hipotesa yang dibuat dari berbagai kemungkinan yang paling mendekati kebenaran
dan bukti yang bisa diraih manusia. Bahwa, di luar itu masih ada 'kebenaran'
yang lain, kemungkinannya selalu terbuka," tegasnya.
Oleh sebab itu, ada benarnya memang kata-kata kreator serial X-Files. "The truth
is out there". Mudah-mudahan, selain bisa menguak asal-usul Face on Mars, para
ilmuwan juga bisa menguak misteri-misteri di permukaan Mars yang lainnya.
Seperti, retakan landskap yang jika dilihat dari jarak sekitar satu mil mirip
gambar dinosaurus, tekstur perbukitan yang menyerupai ikan, dan tentang adanya
danau dan air terjun yang diberi nama Thelma Gruss Falls dan Paige Stevens Lake.